Sunday, 10 February 2013

Bolehkah Mengucapkan "Sayyidina" ?


Menambah kata "Sayyid" sebelum menyebut nama Nabi Muhammad adalah perkara yang dibolehkan di dalam syari’at. Karena pada kenyataannya Rasulullah adalah seorang Sayyid, bahkan beliau adalah Sayyid al-‘Alamin, penghulu dan pimpinan seluruh makhluk. Salah seorang ulama bahasa terkemuka, ar-Raghib al-Ashbahani dalam kitab Mufradat Alfazh al-Qur’an, menuliskan bahwa di antara makna “Sayyid” adalah seorang pemimpin, seorang yang membawahi perkumpulan satu kaum yang dihormati dan dimuliakan (Mu’jam Mufradat Alfazh al-Qur’an, h. 254).



Dalam al-Qur’an, Allah menyebut Nabi Yahya dengan kata “Sayyid”:


وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (ءال عمران: 39)


“... menjadi pemimpin dan ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh”. (QS. Ali ‘Imran: 39)



Nabi Muhammad jauh lebih mulia dari pada Nabi Yahya, karena beliau adalah pimpinan seluruh para nabi dan rasul. Dengan demikian mengatakan “Sayyid” bagi Nabi Muhammad tidak hanya boleh, tapi sudah selayaknya, karena beliau lebih berhak untuk itu. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah sendiri menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang “Sayyid”. Beliau bersabda:


أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ ءَادَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ (رواه الترمذي)


“Saya adalah penghulu manusia di hari kiamat”. (HR. at-Tirmidzi)



Dengan demikian di dalam membaca shalawat boleh bagi kita mengucapkan “Allahumma Shalli ‘Ala Sayyidina Muhammad”, meskipun tidak ada pada lafazh-lafazh shalawat yang diajarkan oleh Nabi (ash-Shalawat al Ma'tsurah) dengan penambahan kata “Sayyid”. Karena menyusun dzikir tertentu yang tidak ma'tsur boleh selama tidak bertentangan dengan yang ma'tsur.

Sahabat ‘Umar ibn al-Khaththab dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menambah lafazh talbiyah dari yang sudah diajarkan oleh Rasulullah. Lafazh talbiyah yang diajarkan oleh Nabi adalah:


لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ


Namun kemudian sabahat Umar ibn al-Khaththab menambahkannya. Dalam bacaan beliau:


لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ ، وَالْخَيْرُ فِيْ يَدَيْكَ، وَالرَّغْبَاءُ إِلَيْكَ وَالْعَمَلُ


Dalil lainnya adalah dari sahabat ‘Abdullah ibn ‘Umar bahwa beliau membuat kalimat tambahan pada Tasyahhud di dalamnya shalatnya. Kalimat Tasyahhud dalam shalat yang diajarkan Rasulullah adalah “Asyhadu An La Ilaha Illah, Wa Asyhadu Anna Muhammad Rasulullah”. Namun kemudian ‘Abdullah ibn ‘Umar menambahkan Tasyahhud pertamanya menjadi:


أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ


Tambahan kalimat “Wahdahu La Syarika Lah” sengaja diucapkan oleh beliau. Bahkan tentang ini ‘Abdullah ibn ‘Umar berkata: “Wa Ana Zidtuha...”. Artinya: “Saya sendiri yang menambahkan kalimat “Wahdahu La Syarika Lah”. (HR Abu Dawud)

Dalam sebuah hadits shahih, Imam al-Bukhari meriwayatkan dari sahabat Rifa'ah ibn Rafi', bahwa ia (Rifa'ah ibn Rafi’) berkata: “Suatu hari kami shalat berjama'ah di belakang Rasulullah. Ketika beliau mengangkat kepala setelah ruku' beliau membaca: “Sami’allahu Liman Hamidah”, tiba-tiba salah seorang makmum berkata:


رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ


Setelah selesai shalat Rasulullah bertanya: “Siapakah tadi yang mengatakan kalimat-kalimat itu?". Orang yang yang dimaksud menjawab: “Saya Wahai Rasulullah...”. Lalu Rasulullah berkata:


رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِيْنَ مَلَكًا يَبْتَدِرُوْنَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلَ


“Aku melihat lebih dari tiga puluh Malaikat berlomba untuk menjadi yang pertama mencatatnya”.



al-Imam al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam kitab Fath al-Bari, dalam menjelaskan hadits sahabat Rifa’ah ibn Rafi ini menuliskan sebagai berikut: “Hadits ini adalah dalil yang menunjukkan kepada beberapa perkara. Pertama; Menunjukan kebolehan menyusun dzikir yang tidak ma'tsur di dalam shalat selama tidak menyalahi yang ma'tsur. Dua; Boleh mengeraskan suara dzikir selama tidak mengganggu orang lain di dekatnya. Tiga; Bahwa orang yang bersin di dalam shalat diperbolehkan baginya mengucapkan “al-Hamdulillah” tanpa adanya hukum makruh” (Fath al-Bari, j. 2, h. 287).

Dengan demikian boleh hukumnya dan tidak ada masalah sama sekali di dalam bacaan shalawat menambahkan kata “Sayyidina”, baik dibaca di luar shalat maupun di dalam shalat. Karena tambahan kata “Sayyidina” ini adalah tambahan yang sesuai dengan dasar syari’at, dan sama sekali tidak bertentangan dengannya.

Asy-Syaikh al’Allamah Ibn Hajar al-Haitami dalam kitab al-Minhaj al-Qawim, halaman 160, menuliskan sebagai berikut:


وَلاَ بَأْسَ بِزِيَادَةِ سَيِّدِنَا قَبْلَ مُحَمَّدٍ، وَخَبَرُ"لاَ تُسَيِّدُوْنِي فِيْ الصَّلاَةِ" ضَعِيْفٌ بَلْ لاَ أَصْلَ لَهُ


“Dan tidak mengapa menambahkan kata “Sayyidina” sebelum Muhammad. Sedangkan hadits yang berbunyi “La Tusyyiduni Fi ash-Shalat” adalah hadits dla'if bahkan tidak memiliki dasar (hadits maudlu/palsu)”.



Di antara hal yang menunjukan bahwa hadits “La Tusayyiduni Fi ash-Shalat” sebagai hadits palsu (Maudlu’) adalah karena di dalam hadits ini terdapat kaedah kebahasaan yang salah (al-Lahn). Artinya, terdapat kalimat yang ditinjau dari gramatika bahasa Arab adalah sesuatu yang aneh dan asing. Yaitu pada kata “Tusayyiduni”. Di dalam bahasa Arab, dasar kata “Sayyid” adalah berasal dari kata “Saada, Yasuudu”, bukan “Saada, Yasiidu”. Dengan demikian bentuk fi’il Muta'addi (kata kerja yang membutuhkan kepada objek) dari “Saada, Yasuudu” ini adalah “Sawwada, Yusawwidu”, dan bukan “Sayyada, Yusayyidu”. Dengan demikian, -seandainya hadits di atas benar adanya-, maka bukan dengan kata “La Tasayyiduni”, tapi harus dengan kata “La Tusawwiduni”. Inilah yang dimaksud dengan al-Lahn. Sudah barang tentu Rasulullah tidak akan pernah mengucapkan al-Lahn semacam ini, karena beliau adalah seorang Arab yang sangat fasih (Afshah al-‘Arab).

Bahkan dalam pendapat sebagian ulama, mengucapkan kata “Sayyidina” di depan nama Rasulullah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat lebih utama dari pada tidak memakainya. Karena tambahan kata tersebut termasuk penghormatan dan adab terhadap Rasulullah. Dan pendapat ini dinilai sebagai pendapat mu’tamad.



Asy-Syaikh al-‘Allamah al-Bajuri dalam kitab Hasyiah al-Bajuri, menuliskan sebagai berikut:


الأوْلَى ذِكْرُ السِّيَادَةِ لأَنّ الأفْضَلَ سُلُوْكُ الأدَبِ، خِلاَفًا لِمَنْ قَالَ الأوْلَى تَرْكُ السّيَادَةِ إقْتِصَارًا عَلَى الوَارِدِ، وَالمُعْتَمَدُ الأوَّلُ، وَحَدِيْثُ لاَ تُسَوِّدُوْنِي فِي صَلاتِكُمْ بِالوَاوِ لاَ بِاليَاءِ بَاطِلٌ


“Yang lebih utama adalah mengucapkan kata “Sayyid”, karena yang lebih afdlal adalah menjalankan adab. Hal ini berbeda dengan pendapat orang yang mengatakan bahwa lebih utama meninggalkan kata “Sayyid” dengan alasan mencukupkan di atas yang warid saja. Dan pendapat mu’tamad adalah pendapat yang pertama. Adapun hadits “La Tusawwiduni Fi Shalatikum”, yang seharusnya dengan “waw” (Tusawwiduni) bukan dengan “ya” (Tusayyiduni) adalah hadits yang batil” (Hasyiah al-Bajuri, j. 1, h. 156).

Maulana Saad Serpong 19 Juli 2009


BAYAN : MAULANA SA’AD

TARJIM : USTAD LUTFHI

TEMPAT : BSD TANGERANG




Hadirin yang dimuliakan Allah SWT, setelah Beliau mengucapkan mukadimah dan membacakan ayat Al quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW, selanjutnya Beliau katakan bahwasanya gerak atau kerja yang kita kerjakan hari ini adalah gerak dakwah untuk merubah yakin kita, maka hanya dengan kerja inilah yakin kita akan berubah, tapi kalau kerja dakwah ini kita tinggalkan maka yakin kitapun tidak akan berubah. Sesuai dengan perubahan keyakinan dalam diri kita maka kita akan untuk mudah mengamalkan amalan - amalan agama, tapi kalau keyakinan tidak tertanam dalam diri kita maka tidak akan mampu untuk mengamalkan agama, karena hadirin seperti yang dikatakan Syeihk Yusuf Rah sesuatu yang di yakini oleh seseorang maka dia akan menuju atau berusaha untuk mendapatkan apa yang dia yakini tadi. Maka hari ini manusia berfikir untuk kehidupan dunia karena yakin dengan kehidupan dunia akan membahagiakannya dan tertanam dalam hati, sehingga dia pun berusaha untuk mendapatkan dunia dan kerja usaha untuk mendapatkan keduniaan. Tapi hari ini manusia tidak yakin kepada agama sehingga dia malas dan berat mengamalkan agama dalam kehidupan. Hadirin yang dimuliakan Allah SWT kenapa tidak ada keyakinan dalam agama karena tidak ada usaha atas yakin tadi. Maka ketika usaha atas yakin yakni dakwah dikerjakan baru yakin akan datang pada agama dan dengan adanya keyakinan baru dia akan mengamalkan agama dalam kehidupan sehari – hari. Tapi kalau usaha dakwah ini ditinggalkan oleh ummat maka yakin kepada agamapun akan lemah sehingga amal - amal agamapun akan lemah dia kerjakan. 

Hadirin yang dirahmati oleh Allah SWT, Beliau katakan hari ini ummat merasa bahwa kerja atas agama adalah kerja infirodi padahal kerja ini adalah amalan istimai, kerja yang harus dierjakan oleh semua kalangan bukan pribadi – pribadi.

Dengan jelas Allah SWT mengatakan dalam Al Quran bahwasanya dakwah dan amal merupakan satu yang tidak bisa dipisahkan.Kapan orang mudah mengamalkan perintah - perintah Allah kalau ada keyakinan dalam dirinya dan yakin akan terbentuk hanya dalam dakwah tanpa dakwah tidak akan terbentuk keyakinan. Maka hadirin yang dirahmati Allah SWT yakin akan tertanam dalam dakwah, jadi kekhususan dalam dakwah adalah untuk menanamkan keyakinan sehingga ketika kita dakwahkan akan kebesaran Allah dan keagungan Allah yakin akan tertanam dalam diri kita sehingga akan mudah untuk beramal. Maka orang terdorong untuk beramal karena yakin sudah terhujam dalam dirinya, maka Allah SWT menjelaskan bahwa dakwah dan amal tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan itu agama yang terbaik. kalau orang beramal mungkin banyak orang beramal tapi tanpa ada dakwah sehingga dia beramal tanpa ada yakin maka amal dia, dia baru mau satu amalan agama, tapi kalau bertabrakan dengan kerja - kerja yang lain maka dia akan mudah meninggalkan amalan - amalan agama dan menuju amalan keduniaan dia, karena apa, karena dia beramal tanpa ada yakin kepada Allah SWT. dan hadirin yang dimuliakan Allah SWT sarana untuk membentuk yakin kepada Allah adalah dengan dakwah maka dengan jelas Allah SWT firmankan,.,.,” waman aksanu,.,.,.,tidak ada orang yang lebih baik agamanya dari orang yang mengajak manusia kepada Allah dan dia sendiri beramal sholeh, maksudnya hadirin yang dirahmati Allah SWT, amal yang didasari oleh dakwah sehinggga menimbulkan keyakinan dalam diri seseorang maka dia akan mudah mengamalkan perintah Allah SWT dan dengan yakin yang ada hatinya dia melaksanakan perintah - perintah Allah SWT nanti amalnyapun ada ruh ada kekuatan sehingga dia tidak akan goyah dan tidak meninggalkan ini amalan agama karena bertabrakan dengan pekerjaan - perkerjaan yang lain dan juga hadirin yang dimuliakan Allah SWT amal yang dikerjakan dengan yakin kepada Allah akan menimbulkan betul - betul dalam kehidupan dia sehari hari dengan dakwah yang dia kerjakan maka ketika dia mengajak manusia kepada Allah baik mengajak dalam akidah begitu juga dalam ibadah, imaniah, muamalah, muasyarah, akhlak dan sebagainya maka dengan dia dakwahkan ini semua dia akan mudah untuk mengamalkan perintah - perintah Allah dan penampilan islami akan tampak dalam diri dia setelah dia dakwahkan nanti mudah untuk beramal maka Allah katakan,.,.,., wa qaala innani minal muslimin,....saya adalah salah seorang dari islam yang lain jadi penampilan secara islami dalam kehidupan seseorang kalau sekiranya dia betul - betul beramal dengan landasan dakwah kepada Allah SWT jadi dakwah dan amal yang disatukan tadi akan menimbulkan betul - betul kepribadian muslim baik dalam imaniah, ibadiah, tijarah, semua kehidupan dia sehari sesuai dengan contoh Nabi Muhammad SAW.

Jadi Beliau katakan hadirin bahwasanya kalau dakwah ini senantiasa umum dikalangan ummat dan semua memahami dakwah bahwa kerja saya masing - masing maka tidak akan terjadi kemurtadan dalam ini ummat tidak ada satu orang islampun pindah ke agama yang lain, kapan, ketika mereka betul - betul menjadikan dakwah sebagai kerja mereka yang utama sebagai kerja yang ummum dikalangan ummat. Tapi kemurtadan akan terjadi dalam kehidupan ketika mereka mengira bahwasanya dakwah ini merupakan pekerjaan sebagian - sebagian atau hanya beberapa orang saja yang diwajibkan unutk berdakwah. Maka kekhususan dakwah ini adalah untuk menjaga diri kita dari kemurtadan, maka sudah menjadi sunnahtullah ketika Allah turunkan agama maka Allah kirimkan Nabi, Nabi pun datang dan Nabipun berdakwah maka ummatpun akan masuk kedalam agama islam. Nabi meninggal dunia dakwah ditinggalkan maka ummatpun kembali kedalam kemurtadan. Ini sudah sunnahtullah dalam setiap zaman kalau dakwah dikerjakan tidak akan terjadi kemurtadan dalam kehidupan tapi kalau dakwah ditinggalkan maka kemurtadpun akan datang. 

Maka hadirin ketika dakwah menjadi pekerjaan umum dikalangan ummat, tidak ada satu ummat islampun akan pindah ke agama yang lain. Hari ini kemurtadan telah merebak kemana mana bahkan hadirin yang dimuliakan Allah SWT bukan dalam akidah saja dalam muasyarah, pemikiran, banyak kemurtadan dalam diri ummat.

Beliau katakan ada tiga kemurtadan dalam kehidupan ummat sekarang ini. Pertama murtad dalam muasyarah, apa itu, muasyarah mereka meninggalkan sunnah - sunnah Nabi Muhammad SAW dan lebih suka kehidupan cara - cara orang lain. Maka dalam muasyarah mereka sehari hari, dalam pergaulan suami istri ada dirumah, dalam perkawinan lebih menyukai cara hidup orang lain dari pada cara sunnah Nabi SAW ini adalah kemurtadan dalam muasyarah.

Yang kedua murtad dalam pemikiran mereka dengan mudahnya mengejek atau menghinakan kerja amal amal agama dalam pemikiran mereka dan lebih memuliakan pekerjaan - pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan agama lebih, seakan akan agama menjadi ejekan dalam kehidupan sehari hari, orang yang mengamalkan agama seperti ejekan oleh mereka. Lebih gawat lagi ada murtad dalam keyakinan seperti yang kita ketahui dia pindah ke agama yang lain. maka hadirin untuk melepaskan dari kemurtadan yang tadi baik murtad dalam muasyarah, murtad dalam pemikiran dan keyakinan, maka ini adalah kerja dakwah yang kita kerjakan sekarang ini untuk memelihara kita dari segala macam bentuk kemurtadan.

Beliau katakana, kita lihat Abdullah bin Hujafah RA ketika dia ditawan oleh tentara romawi maka dikatakan di bawa pada raja, raja katakan wahai Abdullah separuh kerajaan akan kuberikan kepadamu asal kamu tinggalkan agama Muhammad SAW, kerajaan romawi kerajaan yang besar separuh kerajaan akan diberikan kepada Abdullah bin Hujafah RA dengan syarat meninggalkan agama yaitu agama islam maka Abdullah bin Hujafah katakan wahai raja jangankan separuh kerajaan seluruh kerajaan yang kamu kuasai ditambah kerajaan arab yang kamu kuasai kamu berikan kepadaku untuk meniggalkan agama kekasihku Nabi Muhammad SAW satu kedipan mata saja tidak akan saya kerjakan. Jadi kalau begitu kata raja kamu akan saya bunuh, silahkan, itu yang dia inginkan, maka raja memerintahkan untuk mengambil kawah yang besar di isi dengan air dinyalakan api, ketika itu mendidih dipanggil tawanan islam diceburkan kedalam itu kawah, Abdullah ditanya, kamu mau meninggalkan agama tidak, dia jawab tidak ! akhirnya kata raja ceburkan dia juga, maka ketika Abdullah akan diceburkan ke dalam itu kawah maka diapun mulai menangis akhirnya ditanyakan, kenapa kamu menangis, apakah kamu mau meninggalkan agama tidak, dia katakan tidak, lantas kenapa menangis, saya katakan saya menangis karena saya memikirkan hanya punya satu ruh saja padahal saya berharap mempunyai ruh sejumlah bulu - bulu yang ada di badan saya ini sehingga ketika diceburkan meninggal dunia syahid hidup lagi berkali kali sampai semua ruh di korbankan untuk agama Allah SWT. Jadi nilai kekuatan yang ada pada diri Abdullah RA karena dia meletakkan dirinya sebagai seorang dai untuk berdakwah sehingga tidak mungkin kemurtadan datang dalam kehidupan. 

Beliau katakan hadirin jauhnya ummat hari ini dari agama atau tidak adanya penampilan agama dalam kehidupan bukan hanya kebodohan, tidak , bukan karena tidak ada ilmu, bukan, tapi lemahnya amal agama dalam kehidupan ummat hari adalah karena lemahnya yakin, jadi karena lemahnya yakin. Karena lemahnya yakin sehingga penampilan agamapun tidak ada, amal agamapun ditinggalkan maka hadirin yang dimuliakan Allah SWT kekhususan dari pada ini dakwah adalah untuk menanamkan yakin, lagi dan lagi Syeikh Yusuf Rah katakan bahwasanya kekhususan dalam dakwah untuk menanamkan keyakinan, maka Beliau katakan saya tidak memberikan nama atas gerakan ini tapi kalau sekiranya saya memberikan nama maka saya memberikan gerakan untuk meningkatkan yakin atau merubah yakin. Jadi dalam dakwah ini yakin akan kuat dan amal agama pun akan kuat dalam kehidupan tapi kalau sekiranya dakwah ditinggalkan yakin akan lemah amalpun akan lemah. 

Maka 13 tahun lamanya sebelum ada kefardhuan - kefardhuan yang lain bahkan sholatpun memang sudah ada sejak di mekkah tapi shollo kama ,.,.nusholli ada di Madinah, di Mekkah mereka sholat tapi masih boleh berbicara mengucapkan salam menjawab salam tapi hukum - hukum yang lain belum ada ditentukan di kota mekkah. 13 tahun lamanya usaha Nabi untuk memperkuat iman untuk menanamkan keimanan kepada Sahabat Ra, maka hadirin yang dirahmati Allah SWT kapan kita bisa menanamkan kalimat laa ilaha illAllah di hati kita, ketika kita menafikan segala makhluk, segala apa yang nampak di depan kita sebagaimana Nabi Ibrahim AS betul betul tertanam keyakinan yang kuat di dalam hati Beliau, ketika Beliau menafikan segala kekuatan baik itu bintang bulan matahari apapun yang ada di depan Beliau semua dinafikan baru Beliau menanamkan keyakinan kepada Allah SWT. Maka hadrin yang dimuliakan Allah SWT, para Sahabat Ra iman mereka telah dibina oleh Nabi SAW selama 13 tahun dan mereka sendiri berkata kami belajar iman baru belajar amal, kami belajar iman terlebih dahulu baru belajar Al Quran sebelum hukum - hukum dipelajari mereka terlebih dahulu belajar iman sehingga iman para Sahabat Allah jadikan sebagai contoh untuk ummat selurunya tapi para Sahabat yang iman sudah kuat dibina oleh Nabi selama 13 tahun dan dijadikan contoh unutk ummat, tetap Nabi SAW katakan jaddidu imanakum.,.,. perbaharui iman kamu, jadi Sahabat yang sudah kuat imannya begitu, oleh Nabi tetap untuk memperbaharui iman, karena iman kadang - kadang melemah maka perlu diperbaharui maka para Sahabat bertanya yaa rasulullah bagaimana kami memperbaharui iman kami Nabi SAW arahkan perbanyaklah mengucapkan laa ilaha illAllah. 

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT, hari ini Beliau katakan pemahaman kita yang dimaksud memperbanyak mengucapkan laa ilaha illAllah dzikirkan, jadi alhamduliilah dikalangan ummat hadirin yang dirahmati Allah SWT itu banyak, tetapi tadzkiroh kepada laa ilaha illAllah itu sedikit, sehingga orang asyik untuk berdzikir untuk dirinya sendiri tidak membuat tadzkiroh, dzikir tanpa tadzkiroh hanya untuk dirinya sendiri tanpa untuk mengingatkan untuk orang lain padahal tertib para Sahabat Ra dalam belajar iman kepada Nabi SAW untuk memperbanyak itu kalimat laa ilaha illAllah mereka tadzkirohkan. Maka Sahabat Nabi seperti keluar mesjid mengatakan kepada temannya sahal,..,mari beriman sesaat kepada Allah SWT. Jadi cara mereka untuk memperbaharui iman mereka selain di dzikirkan juga di dakwahkan. 

Maka hadirin yang dimuliakan Allah SWT kita dalam kerja dakwah ini perlu memberikan waktu di setiap mesjid kita masing - masing bagaimana membuat amal yang seperti dikerjakan para Sahabat Ra, kita buat majelis dzikir iman majelis membicarakan hal gaib tetapi sebagian teman - teman kita bergerak keluar mengajak orang - orang di luar untuk masuk kedalam mesjid. kemudian ada majelis iman dalam mesjid membicarakan ghaibiyah hal - hal yang ghaib, keagungan Allah, kebesaran Allah SWT sehingga lagi dan lagi membicarakan perkara - perkara yang ghaib yang tidak nampak, maka keyakinan akan muasyadah akan berkurang, yakin akan eksperien pengalaman - pengalaman akan berkurang ataupun kepada benda - benda ciptaan dan sebagainya. Bahwa semua gambaran - gambaran dunia ini akan hilang ketika ummat di bawa kedalam mesjid kemudian dimesjid diarahkan untuk membicarakan ghaibiyah hal - hal yang tidak nampak di depan mata baru keyakinan ummat akan berubah. Jadi hadirin yang dimuliakan Allah SWT cara yang dikerjakan para Sahabat Nabi untuk memperbaharui iman jangan kita tinggalkan, kita kembalikan. Kita buat halakoh mesjid, kita bergerak keluar mesjid untuk mengajak orang setelah orang tersebut masuk mesjid kita bicrakan kebesarran Allah kita bicrakan perkara ghaib, jika mereka bisa menafikan hal -hal yang muhasyadah baru akan tertanam iman mereka kepada Allah SWT.

Kemudian hadirin yang dimuliakan Allah SWT, Beliau katakan bahwasanya hari ini ummat ketika mendakwahkan kalimat itu laa ilahailllah untuk orang lain padahal dakwah ini untuk dirinya sendiri ketika kita mendakwahkan kalimat laa ilahaillah bukan untuk memperbaiki iman orang lain utamanya tapi untuk menguatkan iman kita sendiri dan dengan jelas Allah telah terangakan dalam al quran wazza,.,.,.,jadi Allah telah tanamkan kalimat ini laa ilahaillah pada orang beriman dan merekalah paling berhak atas ini kalimat dan mereka pemilik kalimat dia sendiri jadi maksudnya kalimat laa ilahaillah yang kita dzikirkan dan tadzkirohkan pada orang lain untuk menguatkan iman kita sendiri, maka hadirin yang dimuliakan Allah SWT para Sahabat ra mereka buat demikian untuk menguatkan iman mereka sendiri mereka dakwahkan mereka ajak orang lain mari beriman sesaat sehingga begitu kuatnya iman mereka saling mengingatkan satu sama lain sekali. Sayidina Umar bertemu dengan kumpulan para Sahabat dan mereka sedang membicarakan iman, Ustman bin Affan ada, maka Saydina Umar katakan kalau sekiranya musuh - musuh islam sekian banyak menghadap, cukup dengan mereka saja Allah sudah hancurkan mereka, jadi kekuatan iman para Sahabat Nabi ketika dakwah sudah terhujam dalam hati mereka maka jumlah yang sedikit saja mampu menghancurkan kekuatan musuh, ketika mendakwahkan satu sama lain kekuatan iman para Sahabat lebih kuat dari pada gunung tapi walaupun demikian tetap mereka lagi dan lagi satu sama lain saling meingatkan mari beriman sesaat mari beriman sesaat kepada satu sama lain. Hadirin yang dimuliakan Allah SWT maka Beliau katakan seperti Muadz bin Jabal, Abdullah bin Rawah ra yang sering pergi kepasar – pasar, kemana - mana mengajak para Sahabat Nabi mari beriman sesaat mari beriman sesaat untuk menguatkan iman mereka sehingga iman mereka menjadi contoh ini ummat dan iman mereka lebih kuat dari pada gunung – gunung.

Beliau katakan ada 4 sarana untuk menguatkan iman kita ini kita, bayankan azzumatullah kudratullah kehebatan Allah kebesaran Allah kita bayan kan bukan hanya kita tahu saja alhamdullillah saya saya sudah tahu Allah maha besar bukan tapi kita bayankan kita ingatkan pada orang lain karena kalau sudah kita bayankan pada orang lain sampaikan maka nanti akan tertanam kebesaran Allah pada diri kita seseorang bertanya kepada Syeikh Yusuf rah, maulana bagaimana kami tahu bahwa azzumatullah telah tertanam dalam diri kami Beliau katakan untuk mengetahui kalau azzumatullah atau kebesaran Allah telah tertanam dalam diri kamu atau belum suatu saaat kamu pergi ke mesjid ketika melangkah pergi kemesjid ada orang bilang pak ini perdana mentri atau presiden memanggil bapak, bagaimana ? nah waktu itu ujian kalau kebesaran perdana mentri atau presiden tertanam dalam diri dia maka dia berkata orang besar memanggil dia saya akan kepada dia sebentar lalu saya sholat karena masih ada waktu untuk sholat maka kalau dia palingkan dari menuju mesjid ke istana itu berarti kebesaran perdana mentri atau presiden tertanam dalam diri dia tapi kalau dia tahu kalau maha besar itu adalah Allah saya pergi kemesjid berarti kebesaran Allah telah tertanam dalam dirinya.

Bapak - bapak yang di muliakan Allah SWT, lagi dan lagi tiada henti - hentinya kita bayankan - bayankan sampai tertanam dalam diri kita kebesaran Allah SWT dan tidak ada batasan dalam ilmu tauhid dalam iman tidak ada batasan tetapi kalau tentang ahkam ilmu tentang hukum itu ada batasan tentang haji ada batasan ilmu haji, ada zakat ada batasan ilmu zakat, sholat juga ada ilmu batasannya, tetapi ilmu tauhid tidak ada batasannya dan tidak ada akhir maka lagi dan lagi kita perbaharui lagi iman kita sampaikan sehingga hari demi hari iman kita semakin kuat. Hadirin yang dimuliakan Allah SWT sampai kita betul - betul menafikan semua yang ada semua kekuatan makhluk hanya Allah yang kuasa bahkan kita mampu hadirin menafikan para anbiya sendiri tidak punya kekuatan apa - apa jadi kekuatan yang ada pada mereka itu hanya dari Allah SWT dan kemauan seorang Nabi tidak akan wujud tanpa kehendak dari Allah SWT walaupun semua Nabi kumpul dipermukaan dunia ingin memberikan hidayah kepada seseorang tapi kalau Allah tidak izinkan memberikan hidayah maka tidak akan mampu memberikan hidayah jadi keinginan para ambiya saja tidak akan terjadi tanpa kehendak dari Allah SWT Nabi kita Muhammad SAW ditanya tentang seseorang tentang ashabul kahfi karena yakin ketemu dengan Jibril setiap hari maka Beliau katakan besok akan saya beritahu bagaimana Nabi takhluknya kepada Allah SWT begitu jibril datang senantiasa mengajarkan dan menyampaikan wahyu dari Allah maka Nabi SAW mengatakan besok tanpa mengucapkan insya Allah Nabi lupa mengucapkan insya Allah karena begitu dekatnya dengan Allah yakin dengan datangnya jibril setiap hari akan mudah bertanya ternyata apa yang terjadi dapat teguran dari Allah SWT dengan tidak mengucapkan insya Allah yakin dengan kekuatan Beliau karena ada hubungan dengan Allah begitu juga karena adanya jibril as maka ternyata wahyu terhenti selama 15 hari sehingga orang yang bertanya dia mengatakan wah dia sudah ditinggalkan tuhannya dia sudah ditinggalkan tuhannya setelah 15 hari baru jibril datang membawa wahyu dan diingatkan kepada rasullullah SAW walaa,.,.,insyah Allah,.,. jangan kamu katakan kepada sesuatu ; saya akan kerjakan besok kecuali kamu ucapkan insya Allah, hadirin yang di muliakan Allah SWT kalau seseorang yakin kepada sesuatu maka Allah wakilkan dia kepada sesuatu, kalau dia takut kepada sesuatu maka Allah jadikan sesuatu yang dia takuti jadi menguasai dia kalau anak adam tidak takut hanya kepada Allah maka Allah jadikan segala sesuatu takut kepadanya dan kalau anak ada hanya berharap kecuali kepada Allah maka Allah cukupkan tetapi kalau anak adam berharap atau yakinnya kepada sesuatu maka Allah serahkan dia kepada seuatu tersebut jadi tidak akan cukup mencukupi keperluan dia jadi hadirin yang dimuliakan Allah SWT inilah cara untuk menguatkan yakin kita bayankan jelaskan bicarakan sampaikan kepada orang lain azzumatullah kudratullah sampai tertanam kedalam hati kita betul betul yang besar itu Allah yang maha kuat itu Allah dan berkuasa itu Allah.

Beliau katakan kudrat kekuatan bukan dalam alam bukan dalam benda - benda tapi kudrat berasal dari Allah SWT jadi kekuatan hanya dari zat Allah alam ini semua tidak mempunyai kekuatan apa - apa baik itu bulan bintang matahari bumi langit semua tidak mempunyai kekuatan apa - apa bahkan para anbiya tidak punya kekuatan yang mempunyai kekuatan hanya Allah SWT ini hadirin kita betul - betul menafikan segala kekuatan hanya isbatkan kepada Allah Allah yang kuat Allah kahdir mutlak betul - betul allah yang menguasai segala - galanya maka Nabi ibrahi sudah tertanam dalam diri Beliau yakin akan kudrattullah kekuatan Allah sehingga bisa menafikan segala kekuatan apapun juga walaupun di ancam dengan kobaran api begitu hebat dua tangan dan kaki sudah terikat akan dilemparkan dalam kobaran api tadi maka Beliau tidak terkesan bahwa api tidak punya kekuatan yang punya kekuatan siapa Allah dan kekuatan yang ada pada alam ini semua baik pada bulan bintang matahari dan api semua dari Allah kalau Allah berikan ada kekuatan kalau tidak tidak akan ada kekuatan sama sekali hadirin dimuliakan Allah SWT Beliau katakan kenapa namrud memusuhi kepada Nabi Ibrahim ingin membakar, Beliau katakan segala permusuhan yang dihadapkan kepada para anbiya adalah karena dakwah bukan karena ibadah, orang kalau ibadah tidak ada musuh tapi kalau dia mulai berdakwah baru ada musuh dalam Al Quran dijelaskan kenapa para anbiya banyak musuhnya karena dia berdakwah ,.,.,.apakah kamu akan membunuh seseorang laki laki yang mengucapkan rabbku Allah bukan mengatakan atau mengucapkan saja kalau mengucapkan Allah saja tidak ada musuh tapi kalau ia mengucapkan mendakwahkan kalimat laa ilaahaillah baru ada musuh. hadirin yang dimuliakan Allah SWT para anbiya as karena yakin dia tertanam semata - mata hanya kepada Allah SWT saja mampu menafikan segala kekuatan bukan hanya kepada benda -benda saja seperti api tetapi kekuatan para malaikatpun dia nafikan hanaya yakin kepada kekuatan Allah SWT dan hadirn pertolongan Allah kepada seorang hamba bergantung sangkaan hamba kepada Allah Allah katakan saya itu tergantung sangkaan hamba kepadaku bagaimana persangkaan manusia kepada Allah begitu lah Allah bermuamalah kepada manusia dan prasangka kepada Allah tergantung iman kalau iman kepada Allah itu kuat mak sangkaan kepada Allah semakin kuat kalau iman dia lemah kepada Allah maka sangkaan kepada Allah itu juga lemah ketika Jibril datang malaikat gunung datang dan sekelompok para malaikat datang membantu Nabi Ibrahim as dengan kekuatan api Alhamdulillah Beliau sudah menafikan sekarang jibril menawarkan bantuan kepada Nabi Ibrahim as hadirin disinilah ujian kepada Nabi Ibrahim as tadi dengan ancaman tidak terkesan sekarang dengan tawaran maka kekuatan yang ada pada Nabi Ibrahim as sehingga prasangka dia kepada Allah begitu kuat maka dia tidak menerima tawaran itu malaikat karena yakinnya kepada Allah begitu kuat sehingga sangkaan ibrahim as tidak bergoyang, hanya kepada Allah kekuatan iman dia tadi tidak minta bantuan kepada malaikat jibril dan malaikat lainnya sehingga Allah SWT langsung berbicara kepada api ya naru,..wahai api jadilah kamu dingin dan buatlah sejahtera Ibrahim Allah tidak perintahkan jibril untuk memadamkan api tidak karena Nabi Ibrahim hatinya betul - betul hanya kepada Allah jadi sangkaan hamba kepada Allah tergantung dari kekuatan iman dan kekuatan iman itu dengan kekuatan dakwah 




Hadirin yang dimuliakan Allah SWT kita ceritakan cerita para anbiya as pertolongan Allah SWT kepada para anbiya as untuk apa untuk menguatkan iman kita sendiri jadi cara yang ke 2 Beliau katakan untuk menanamkan yakin kita kepada Allah adalah menceritakan pertolongan yang ghaib yang Allah berikan kepada para anbiya as jadi kita ceritakan para anbiya as tadi jangan sampai ada perasaan dalam hati kita itukan para anbiya as dapat pertolongan dari Allah SWT bukan karena mereka Nabi saja karena mereka kerja keNabian kerja dakwah iman mereka kuat sangkaan mereka kuat sehingga ada pertolongan dari Allah hari juga janji Allah tidak akan berubah inna,.,.kamu pasti dan pasti i akan menolong rasul rasul kami dan juga orang beriman di dunia dan akhirat jadi pertolongan Allah bukan hanya kepada para Nabi dan orang beriman yang buat kerja Nabian i akan Allah beri pertolongan kepada mereka makan hadirin yang dimuliakan Allah perlunya kita mengulang - ulangi menceritakan para anbiya yang Allah berikan pertongan gahib kepada para anbiya dalam medan dakwah lagi dan lagi kita ceritakan untuk menguatkan iman kita wakullan ,.,.,dan setiap Allah ceritakan kepada kita untuk menguatkan hati kamu jadi cerita para anbiya atau pertolongan - pertolongan yang gahib yang Allah berikan kepada mereka kita ceritakan lagi dan lagi untuk menambah kekuatan iman kita inilah cara yang ke 2 untuk menambah kekuatan iman

Kemudian yang ke 3 asbab untuk menguatkan iman kita adalah kita ceritakan nusroh - nusroh pertolongan yang ghaib kepada para Sahabat ra, mereka ini bukan para anbiya tetapi para Sahabat manusia biasa tapi juga mendapat pertolongan yang sama dari Allah SWT dalam setiap medan pertempuran mereka ada nusroh ghaibyah Allah berikan kepada para Sahabat, maka kita ceritakan lagi para Sahabat Nabi untuk menguatkan iman kita mereka ini bukan Nabi tapi para Sahabat ra tapi jangan sampai terbesit dalam hati kita itukan para Sahabat kita ini bukan para Sahabat.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT pertolongan yang Allah berikan kepada para Sahabat ra bukan mereka bersama Nabi, tidak, tetapi karena ada amal yang Allah berikan kepada mereka yang mana kalau amal itu amal dakwah maka nusroh akan Allah berikan bukan hanya kepada para Sahabat saja sebagaimana pertolongan Allah kepada para anbiya karena amal dakwah mereka dan para Sahabat buat ini amal, amal dakwah maka nusrohtullah akan Allah berikan kepada mereka sama sunntullah tidak berubah walan.,.,.,tidak terjadi perubahan dalam ketentuan Allah bahwasanya hari ini juga kalau manusia atau ummat melaksanakan ini amal sebagaimana para anbiya dan para Sahabat pasti nusroh akan Allah berikan kepada kita ini kita ceritakan lagi dan lagi nusrohtullah para Sahabat adalah juga untuk menguatkan iman kita tadi dan kita tahu mereka ini bukan Nabi tapi punya kerja keNabian sehingga dapat pertolongan Allah sama hari ini juga kalau kita buat kerja kenabian yaitu kerja dakwah nusrohtullah akan Allah berikan kepada kita.

Dan Beliau katakan hadirin yang dimuliakn Allah SWT kudratullah ini bukan tergantung kepada kayniah kepada alam tetapi kepada ahkam kepada hukum - hukum kalau sekiranya hukum - hukum Allah perintah - perintah Allah ini kita kerjakan maka pertolongan yang Allah berikan kepada para anbiya juga Allah berikan kepada kita ini sunnahtullah bukan pemahaman hukum alam tetapi hukum Allah sedangkan kayinah atau alam ini berubah - ubah sedangkan sunnahtullah tidak berubah bahwasanya kalau ini ummat mengamalkan ini hukum - hukum Allah perintah - perintah Allah pasti pertolongan Allah akan datang kepada mereka tidak ada kejayaan kebahagian manusia bergantung kepada kayinah kepada alam ini semua karena di jelaskan dalam Al Qu’ran “summa,..,.,”, ini sunnah Allah sejak zaman dulu kepada para anbiya juga kepada kita tidak akan berubah kapan pertolongan Allah tiba kalau kita buat amal sebagaimana amal para anbiya dan para Sahabat ra. Beliau katakan hari ini merupakan kelemahan kita pak, kebodohan kita meyakini bahwasanya untuk kejayaan itu bergantung kepada asbab kayinah alam ini semua.

Kalau kita punya persawahan, punya pertanian, punya perdagangan memperoleh kejayaan padahal tidak, sudah menjadi ketentuan Allah tidak ada hubungan kejayaan kebahagian seseorang dengan asbab yang dia miliki, tidak ada hubungan pemeliharaan orang dengan kejayaan tidak, tetapi pemiliharaan Allah, pertolongan Allah, Allah berikan sesuai dengan ahkam, bukan dengan kayinah bukan dengan asbab yang dia miliki banyaknya asbab hadirin tidak menjamin bahagianya seseorang, tetapi adanya ahkam, hukum - hukum Allah yang dia kerjakan ini menjamin pertolongan Allah kepada seseorang. Beliau katakan masalah kayinah berubah – ubah.

Alam ini berubah, tanah subur suatu saat akan gersang, tahun ini dia menumbuhkan tanaman, tahun depan tidak begitu ,juga hari ini dikira obat besok jadi penyakit, penyakit bisa menjadi obat itulah alam akan berubah - ubah tetapi kalau sunnahtullah tidak akan berubah - ubah selama - lamanya bahwasanya kalau sekiranya manusia mematuhi hukum - hukum Allah, perintah - perintah Allah, pasti Allah akan membantunya.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT, orang kafir yakinnya kepada kayinah, yakin kepada asbab, tapi orang beriman ini bedanya pak, orang beriman yakinnya kepada ahkam, yang yakin kepada kayinah itu adalah kekafiran orang kafir sedangkan yakin kepada ahkam itulah orang - orang beriman. Maka para Sahabat Nabi mendapat nusrohtullah karena mereka yakin betul - betul senantiasa memperhatikan apa pertintah Allah dalam setiap waktu dan keadaan walaupun asbab mereka sangat sedikt, senjata sedikit, makanan sedikit, jumlah sedikit tetapi bisa mengalahkan kekuatan musuh, karena apa, karena ada ahkam, sunnah - sunnahtulah perintah - perintah Allah mereka kerjakan, ini juga sunnahtullah yang tidak akan berubah selama – lamanya. 

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT maka Maulana Yusuf jelaskan berkali - kali kenapa pentingnya kita ceritakan dalam dakwah jangan dipisahkan daripada cerita para Sahabat, inilah bedanya gerakan kita dengan yang lain. Lagi dan lagi kita ceritakan cerita para Sahabat, maksudnya cerita pertolongan - pertolongan ghaib yang Allah berikan kepada para Sahabat. Lagi dan lagi kita ulangi Syeikh Yusuf katakan pertolongan yang Allah berikan kepada para Sahabat ra adalah bukan hanya mereka bersama Nabi, bukan, tapi karena bersama amalan Nabi mereka, bersama kerja Nabi maka datang pertolongan Allah SWT hari ini kalau pertolongan Allah kalau ada Nabi maka pertolongan Allah tidak datang kepada kita tapi pertolongan Allah kepada para Sahabat Nabi ra kata syeikh yusuf adalah karena mereka membuat amal Nabi yaitu kerja dakwah.

Maka hari in walaupun Nabi tidak ada kita buat amal Nabi yang dikerjakan para Sahabat ra maka nusrohtullah pasti Allah berikan kepada kita hari ini. Bahkan Nabi kita Muhammad menjelaskan kekuatan orang beriman hari ini hadirin yang buat ini kerja dakwah, Allah berikan kekuatan dia untuk menarik nusrohtullah. Satu orang beriman hari ini sama dengan 10 orang Sahabat Nabi, kalau pahala kalau betul - betul berpegang kepada amalan ini sama dengan 50 orang Sahabat Nabi.

Maka hadirin dimulikan Allah SWT cara yang ke 3 untuk menguatkan iman kita lagi dan lagi kita ceritakan bagaimana nusrohtullah yang terjadi dengan para Sahabat pertolongan ghaibiyah karena mereka buat kerja kenabian dan inlah asbab utama ketentuan Allah sunnahtullah tidak akan berubah bahwasanya hanya dengan mengerjakan hukum Allah perintah Allah dan perintah yang terbesar adalah kerja dakwah bukan kepada asbab kebendaan – kebendaan, yakin kepada kebendaan - kebendaan adalah yakinnya orang kafir. Amalan orang kafir meyakini perdagangan, pertanian, kedokteran dan sebagainya itu adalah keyakinan orang kafir. Sedangkan kita orang beriman meyakini perintah - perintah Allah SWT.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT, Beliau katakan hari ini kita hubungkan asbab dengan doa ini sudah umum dalam kehidupan kita sehari hari kita buat asbab dahulu, pertaniankah, perdangankah, baru kita doa. Kita sudah tanan - tanaman berdoa, “ya Allah perhatikan pertanian saya”, padahal dalam Al Qu’ran Allah tidak menghubungan antara asbab dan doa, tapi Allah hubungkan ibadah dan doa “iyyakanak budu waa iiyakanastangin”,,.,..kedepankan di depan Allah adalah ibadah, ajukan ibadah kita yang baik, baru kita berdoa kepada Allah.

Tidak pernah Allah katakan sudah bereskan asbab kamu baru kamu berdoa kepadaku, tidak, tetapi Allah SWT ajarkan kepada kita kedepankan ibadah, utamakan ibadah kepada Allah baru kamu meminta kepada Allah SWT. Maka hadirin tanggung jawab kita sekarang ini bagaimana kita memperbaiki amal, bukan memperbaiki asbab, perbaiki amal kita baru kita minta kepada Allah, perbaiki amal, bukan asbab tetapi yang terjadi saat ini semua, bahkan sering kita sampaikan – sampaikan, ceramahkan, sudah bereskan asbab terlebih dahulu, baru berdoa kepada Allah padahal Allah jelaskan utamakan ibadah kamu amal kamu baru kamu berdoa kepada Allah.

Untuk menjelaskan itu semua Nabi kita Muhammad SAW menceritakan ada 3 orang dalam sebuah perjalanan karena malam mereka berhenti masuk dalam gua karena hujan lebat turun sehingga batu menggelundung sehingga menutup pintu gua mereka dengan kekuatan asbab dengan kekuatan tubuh mereka mendorong itu batu ternyata tak bergoyang sehingga sudah habis kekuatan maka dikatakan tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian sekarang ini kecual meminta kepada Allah melalui amal - amal yang sudah kamu kerjakan. Maka hadirin mereka bertiga ini mengkedepankan kepada Allah amal yang mereka kerjakan, muasyarah, muamalah dan ahlak yang mereka kerjakan sampai betul - betul sampai derajat ihsan, ikhlas semata - mata karena Allah SWT.

Yang satu menceritakan, ya.. Allah jika kami bisa keluar dari gua ini, asbab kekuatan badan sudah kami kedepankan tidak bisa ya Allah baru sadar mengkedepankan di hadapan Allah amal yang mereka kerjakan. Yang satu menceritakan, ya Allah, saya punya saudara sepupu yang saya cintai bahkan lebih saya cintai dari semua wanita yang ada di dunia ini, cintanya seperti cinta seorang suami kepada istrinya. Suatu hari dia datang minta duit kepada saya, tapi saya katakan saya akan memberikan duit kepada kamu beberapa dinar yang penting kamu serahkan diri kamu kepada saya, makapun dia tidak mau diapun pergi. Kali berikutnya datang lagi waktu musim kemarau sangat paceklik, betul - betul kemiskinan tiba, dia datang, maka dia katakan saya akan berikan duit kepada kamu yang penting kamu serahkan diri kamu kepada saya maka karena alasan dengan kemiskinan paceklik begitu sudah sangat mencekam, dia pun serahkan dirinya kepada saya.

Ketika itu orang mau melampiaskan nafsunya kepada wanita, ternyata wanita itu mengatakan, “wahai fulan bertakwalah kamu kepada Allah jangan kamu masukan cincin kecuali kepada yang berhak, janganlah melaksanakan perzinahan”, maka saya itu betul – betul, saya takut kepada Allah, lari meninggalkan wanita itu dan meninggalkan uang yang saya serahkan, dan hadirin doa dia dikabulkan Allah, batupun bergeser tapi belum bisa keluar jadi maksudnya, ini orang ketika bermuasyarah dengan ihsan betul - betul dia memberikan uang tanpa imbalan berbuat baik kepada saudara sepupunya, Allah SWT kabulkan doa dia dan bergeser itu batu .

Yang kedua mengatakan, ya Allah saya punya buruh yang banyak setiap buruh saya bayar upahnya tapi seorang buruh tidak mengambil upahnya dia pergi, uang upahnya saya kembangkan - kembangkan sehingga menjadi binatang ternak yang banyak. Sekali suatu hari dia datang, wahai fulan mana upah saya yang dahulu, apa yang kamu lihat binatang ternak inilah upah kamu dahulu, dia katakan jangan kamu bercanda kepada saya uang saya sedikit, itulah uang kamu yang saya kembangkan, itulah uang kamu semua maka dia ambil semua dan juga lupa untuk mengucapkan terimakasih tidak lagi, begitu dia kaget menjadi orang kaya, hadirin di muliakan Allah SWT maka dia berdoa ya Allah kalau sekiranya perbuatan dia bermualamah yang benar kepada buruh di bayar upah buruh dengan baik dan uanga orang itu dikembangkan dengan baik di serahkan lagi kalau ini engkau terima ya Allah bukakan pintu gua, maka dengan muamalah dia tadi Allah geserkan pintu batu, tapi mereka belum bisa keluar ini Beliau katakan supaya di pahami bahwasanya ini ummat, ummat istimai, kebaikan seseorang, yang penting saya sudah beramal sholeh saya selamat, tidak, kalau dia beramal sholeh kalau yang lain tidak beramal sholeh maka ketidak baikan orang lain akan juga membuat dia akan menderita juga jadi dua orang sudah tapi yang satu belum sampai semua betul - betul bertobat kepada Allah, baru Allah bukakan.

Maka yang ke 3 hadirin yang dimulikan Allah SWT menceritakan, ya Allah saya punya ayah dan ibu yang betul - betul saya cinta daripada orang lain dn saya setiap malam memerah susu dan kemudian menyerahkan kepada kedua orang tua dan saya tidak akan meminumkan susu ini kepada orang lain anak dan istri saya sebelum kepada ayah saya, tapi suatu hari saya pergi jauh dan terlambat ternyata Beliau sudah tertidur, saya tidak membangunkan dia, dan anak - anak menangis minta, saya tidak meminumkan, karena lebih mengutamakan ayah dan ibu, sampai saya pegang itu mangkok sampai pajar tiba, dia bangun saya minumkan, ya Allah kalau kebaktian saya kepada orang tua jadi akhlak kepada orang tua betul - betul semata - mata karena engkau ya Allah, ikhlas ya Allah maka bebaskan kami dari cengkraman gua, Allah kabulkan di bukakan.

Jadi hadirin yang di muliakan Allah SWT, tiga - tiga orang ini mengkedepankan bukan sholat, puasa tapi amal yang berupa muasyarah, muamalah, ahlak yang ikhlas semata - mata karena Allah maka dengan asbab amal muasyarah, muamalah, ahlak tadi mencapai derajat ikhsan ikhlas semata - mata karena Allah, doa mereka dikabulkan oleh Allah SWT. 

Jadi sekali lagi Beliau katakan bahwasanya kesalahpahaman hari ini kita memperbaiki asbab dahulu, baru mendoa, padahal hukum Allah, perintah Allah perbaiki ibadah kita, perbaiki perintah Allah, doa - doa kita di kabulkan oleh Allah, sebagaimana seorang Sahabat Nabi datang ke Rasullullah, ya.. Rasullullah, izinkan saya untuk berdagang ke Bahrain, maka Nabi katakan sholat dua rakaat baru kamu berdagang, jadi Nabi arahkan bukan dagangannya yang membahagiakan, tidak, sholat dahulu minta kepada Allah, ibadah dahulu dengan baik baru kamu berdagang.

Dan hadirin asbab yang kita kerjakan ini, kenapa kita buat asbab pertanian itu ujian, untuk ujian kepada kita, apakah yakinnya kita kepada asbab atau perintah Allah, jadi asbab yang kita miliki itu bukan asbab kebahagian tapi ujian, ujian apakah saya yakin kepada asbab atau yakin kepada perintah Allah

hadirin yang dimuliakan Allah SWT yang ke empat untuk menguatkan iman kita ini adalah mengetahui alamat iman. Tanda kita sudah mempunyai iman itu alamatnya apa, karena hadirin kalau kita tidak mengetahui alamat iman, kalau iman itu tidak ada batasan tetapi hadirin untuk mengetahui apakah kita betul - betul sudah beriman atau belum kita lihat tanda - tanda iman atau alamat - alamat iman pada diri kita untuk apa kita mengetahui tanda - tanda iman ini supaya, kalau tidak ada alamat iman, tanda iman, iman itu seperti khayalan saja, tapi kalau mengetahui tanda - tanda iman, ini baru iman.

Diantara tanda itu iman, alamat iman, adanya ketaatan kepada Allah SWT, jadi iman menimbulkan ketaatan, begitu juga alamat iman lainnya dia senantiasa mencari ridhonya Allah SWT dan ikhlas semata - mata karena Allah. Jadi tanda itu beriman, dia ada keikhlasan kepada Allah SWT itu alamatul iman. 

Beliau katakan hadirin kita itu beramal semata - mata karena Allah SWT bukan saya beramal untuk mencari nusrohtullah mencari pertolongan Allah itu maghus bukan maksud, maksudnya saya beramal ikhlas semata - mata karena Allah agar mendapat ridho Allah SWT, sedangkan adanya pertolongan Allah dengan amal yang kita kerjakan itu merupakan mauud, janji saja. Jadi tujuan saya Allah sendiri, jangan sampai kita beramal untuk mendapatkan kedunian atau untuk mendapatkan janji saja tidak jadi.

Target orang beriman ini adalah dalam beramal dia semata- mata ihklas karena Allah untuk mencari ridhonya Allah SWT saja tapi dia yakin janji pasti akan diberikan oleh Allah, tapi lagi dan lagi janji adalah mauud merupakan janji saja bukan maksud, bukan tujuan. Hadirin yang dimulikan Allah SWT, pertolongan yang diberikan oleh Allah SWT adalah janji, bukan maksud tujuan karena beramal ibadah ini itu adalah hak Allah, kewajiban kita untuk beribadah, beramal kepada Allah SWT, terserah Allah memasukkan surga atau tidak, tidak ada kewajiban Allah SWT, tapi di beri surga oleh Allah adalah semata - mata karena shobel nya Allah, karunia Allah semata – mata, sampai - sampai Nabi kita Muhammad mengatakan tidak ada satu orangpun diantara kamu yang selamat dari api neraka kecuali karena rahmat Allah, Sahabat bertanya engkau juga ya Rasullullah, sama saya juga, kecuali Allah melimpahkan rahmatnya kepada saya. Aisyah juga berkata demikian kepada Rasullullah SAW, ya..Rasullullah bukannya kamu masuk surga karena amal kamu, tidak Aisyah, saya semata - mata masuk surga karena ada rahmat Allah SWT, karena ada ridhonya Allah SWT yang diberikan kepada kita.

Jadi hadirin yang dimuliakan Allah SWT, kita lagi dan lagi perhatikan untuk mengetahui atau untuk menguatkan iman kita ini apakah betul - betul amal kita ikhlas karena Allah untuk mencari ridho Allah semata – mata, bukan mencari yang lain dan apakah iman saya membawa ketaatan, kalau iman saya membawa ketaatan berarti ini iman yang dikehendaki atau iman yang benar.

Maka Nabi memberikan pemahaman kepada para Sahabat yang bertanya “man iman ya rasullullah” .,.apa itu iman, maksudnya alamat iman itu apa? Sahabat bertanya kepada rasullullah SAW, sebelum Beliau jelaskan ini hadist, Beliau jelaskan juga ketika ada beberapa orang Sahabat masuk islam datang kepada rasullullah SAW Nabi katakan ma anntum,..siapa kamu ini pertanyaan - pertanyaan Nabi Muhammad kepada para Sahabat, bukan bagaimana kamu, bagaimana kesehatan kamu, tidak, tapi bagaimana iman dan orang akan menjawab tentang iman ini tergantung ada kekuatan iman yang ada dalam dirinya sendiri.

Maka ketika Sahabat Nabi bertanya mal iman,.,,.apa itu iman, maka Nabi jelaskan bukan imannya, tidak, itu tidak ada batasan tapi alamatul iman yang dijelaskan Nabi Muhammad SAW , “apabila perbuatan baik membuat kamu gembira dan perbuatan dosa membuat kamu sedih berarti kamu beriman”. Jadi alamat iman itu, ketaatan, ketika orang mengaku beriman kepada Allah gembira waktu dia taat, sedih waktu dia tidak taat berbuat dosa berarti itu alamat orang beriman.

Hadirin ketika beberapa orang Sahabat datang kepada Rasullullah SAW maka Nabi katakan, ma anntum, apa kamu ini, kami orang beriman ya Rasullullah, apa alamat iman kamu, apa bukti kamu beriman itu apa?, maka mereka katakan ada 15 ciri atau sifat yang ada dalam diri kami ya Rasulullah, lima yang kau perintahkan kepada kami untuk dikerjakan dan lima yang sedang kami amalkan dan lima sifat kami di zaman jahiliyah kalau itu baik akan kami terusakn kalau itu buruk akan kami tinggalkan. Apa yang 15 tersebut mereka jelaskan ya Rasulullah, apa yang kamu perintahkan kepada kami beriman kepada Allah beriman kepada malaikat, rasul, kitab – kitab, hari kemudian ini adalah rukun iman begitu juga lima yang sedang kami kerjakan yaitu syahadat, sholat, zakat, haji bagi yang mampu sedangkan lima sifat kami di zaman jahiliyah yaitu bersabar dalam kesusahan dan bersyukur saat mendapat kenikmatan, kemudian ridho atas segala ketentuan Allah SWT, kemudian yang ke empat tidak lari dari medan peperangan dan yang kelima tidak bergembira disaat musuh kalah, jadi tidak mentertawakan saat musuh kalah, jadi tidak menampakan syahwata, rasa kegembiraan disaat kekalahan musuh, ini lima sifat mereka - mereka di zaman jahiliyah dan mereka menjelaskan tiga ini yang pertama ada imaniyah mereka, ibadah mereka, lima yang mereka milikiki di zaman jahiliya muasyarah, muamalah akhlak, mendengar jawaban mereka, maka Nabi memuji mereka senang dengan jawaban dan sifat yang mereka miliki maka Nabi SAW katakan fukaha,.,.ini orang - orang yang betul faham udaba,.,.orang yang beradab, maka orang yang menghidupkan sunnah Nabi adalah orang yang beradab tapi kalau orang yang tidak menghidupkan sunnah Nabi maka orang tersebut tidak beradab, karena kehidupan mereka sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi SAW maka Nabi memuji mereka fukaha, udaba bahkan Nabi katakan dengan sifat - sifat yang mereka miliki ka duuayyakuna anbiya...hampir - hampir saja mereka ini menjadi Nabi dengan sifat - sifat mereka miliki.

Maka hadirin yang di muliakan Allah SWT, alamat itu iman tadi adalah ketaatan kepada Allah sebagaimana Nabi masuk mesjid suatu hari, Harist bin Malik sedang berbaring di mesjid maka Nabi bangunkan kay,.,.dia katakan saya betul - betul beriman hari ini, hakikat iman ada dalam diri saya, maka Nabi katakan apa bukti iman yang ada dalam diri kamu, dia katakan ketika bangun tidur ya Rasuullullah, saya bangun betul betul hati saya zuhud kepada ini dunia ini, alamat itu iman adanya tidak adanya raghbah,.,.,tidak adanya kecintaan kepada dunia, bahkan zuhud kepada dunia ini adalah alamat iman seperti yang di jelaskan Harist bin Malik Ra.

Kemudian hadirin yang dimuliakan Allah SWT, alamat iman yang paling azas yang mana dengannya segala kebaikan – kebaikan, mahdar hasanah, pangkal kebaikan tergantung dari alamat iman yang utama ini yaitu yang namanya taqwa, jadi dengan adanya ketaqwaan, baru diberikan Allah SWT akan kebaikan - kebaikan akan datang, begitu pula hadirin sifat ketakwaan ini merupakan alamat dari pada iman. Ganjaran - ganjaran dari Allah SWT, ibadah - ibadah yang dilakukan oleh seseorang hamba bergantung kepada ketakwaan dia kepada Allah SWT dan ini kalimat iman, kalimat laa ilaha illallah, Allah katakan kalimatutaqwa dalam al quran, jadi Allah telah izzamkan tanamkan kalimat taqwa yaitu kalimat laa ilahaillaah dalam diri orang beriman dan mereka yang paling berhak untuk menanamkan itu kalimat, kalimat taqwa dalam diri mereka, jadi sifat taqwa ini harus ditanamkan dalam diri seseoranga beriman dalam setiap lapang kehidupannya baik dalam ibadahnya, muasyarahnya, muamalahmnya semua dalam lapang kehidupan tanamkan ke taqwaan

Hadirin yang dimuliakan Allah, hari ini yang diutamakan dalam ke taqwaan dalam bermuamalah, bukan hanya ibadah saja tapi dalam bermuamalah, bapak - bapak yang dmuliakan Allah SWT Beliau katakan hari ini kita di saat kita beribadah kita perhatikan kesucian thaharah sebelum kita sholat, kita berwhudu, buang air dan sebagainya juga kita perhatikan ini adalah kesucian secara zhohir ini perlu kita perhatikan betul - betul dan ini merupakan syarat sahnya ibadah, tetapi kesucian yang dalam tidak begitu kita perhatikan.

Maka ketaqwaan in perlu di bawa dalam bermuamalah, dalam pencaharian kita, sumber uang sumber rezeki yang masuk ke dalam tubuh kita hendaklah betul - betul ada ke taqwaan dalam kita mencari duit apakah ada duit yang haram atau tidak, karena sangat mempengaruhi pada amal - amal yang lain Beliau katakan hadirin yang dimuliakan Allah SWT kalau yang masuk itu benda yang haram kedalam tubuh kita ini maka akan membuat fikiran yang haram, juga makanan - makanan yang haram yang masuk ke dalam tubuh kita ini karena sumber uang yang tidak jelas dan haram akan membuat fikiran haram, begitu pula daging lukma atau suapan yang masuk ke dalam tubuh kita akan menggiring tubuh kita kepada perbuatan yang haram.

Beliau katakan hadirin dalam ibadah sholat kita perhatikan pentingnya kesucian bersih dari pada najis dan sebagainya sehingga sholat kita sah tapi juga di terimanya ibadah kita ini bukan hanya sucinya zhahirnya saja, tidak tapi apakah darah yang mengalir dalam tubuh saya atau daging yang tumbuh dalam diri saya bersumber dari yang haram atau yang halal walaupun badannya sudah suci dari najis tetapi daging yang tumbuh atau darah yang mengalir bersumber dari yang haram bagaimana ibadahnya di terima oleh Allah SWT.

Hadirin yang di muliakan Allah SWT, Beliau katakan ibadah ini tidak akan tegak betul kalau muamalah kita tidak benar, maka hadirin diterimanya ibadah kita ini kalau muamalahnya benar, Beliau katakana, kalau muamalah kita tidak benar tidak ada ketaqwaan dalam diri kita dalam pencaharian kita, lebih - lebih dalam mencari rejeki maka nanti kita mencari barang - barang yang haram atau benda yang haram nanti masuk kedalam tubuh kita sehingga ibadah kita tidak di terima oleh Allah SWT.

Kemudian hadirin kenapa masuk perkara yang haram dalam muamalah kita ini. Syheik Yusuf rah katakana, orang yang yakinnya kepada asbab maka nanti dia tidak memperhatikan perintah Allah, hanya asbab saja, jadi apakah halal atau haram dia tidak perhatikan, tapi kalau orang bermuamalah dia perhatikan hukum Allah, perintah Allah yakinnya kepada Allah bukan kepada asbab, maka tidak ada asbab yang haram yang masuk ke dalam tubuh dia, ini maksudnya apa, seseorang petani umpamanya, kalau dia yakin pertaniannya akan membawa kejayaan maka dia tidak memperhatikan mana yang halal mana yang haram sehingga apa saja yang bisa menghasilkan pertanian dia kerjakan sehingga nanti timbul benda - benda yang haram dalam pertaniaannya, tapi kalau dia yakinnya kepada hukum Allah, perintah Allah dalam asbab yang dia kerjakan, maka dia akan bisa memilah – milah, tidak akan melakukan yang haram dalam pencaharian dia tadi.

Jadi hadirin yang di mulikan Allah SWT, kekhususan kerja dakwah yang kita kerjakan ini bagaimana kita yakin kepada amal bukan kepada asbab, asbab kita kerjakan tetapi yakin kita pada amal, hukum Allah yang ada pada asbab ini apa, apa perintah Allah dalam pertanian, dalam perdagangan, dalam perikanan, semua ini dalam asbab - asbab ini kita lihat apa perintah Allah bukan kita lihat asbab itu sendiri. Maka kalau kita lihat hukum Allah SWT, melihat hukum tersebut merupakan sumber ketaqwaan dalam diri kita dan ketaqwaan iman yang kita dapatkan dalam kekuatan dakwah, maka dengan adanya kekuatan dakwah yang ada dalam diri kita, maka dalam bermuamalah, bermasyarah, mencari asbab kehidupan senantiasa melihat hulum - hukum Allah perintah - perintah Allah SWT.

Jadi yang kita utamanakan bukan asbab saja, tapi apa perintah Allah SWT kepada saya kalau kita arungi asbab, silahkan kita kerjakan asbab, tapi kita lihat apa perintah Allah yang berhubungan dengan asbab yang kita arungi, maka kalau kita lihat hukum Allah, kita tidak akan menghiraukan apakah asbab bertamabah atau berkurang, untung atau rugi, tidak, tapi kita lihat apa hukum Allah pada asbab yang saya kerjakan, sehingga kalau hukum Allah yang kita lihat maka tidak ada asbab - asbab yang haram yang kita arungi yang masuk kedalam tubuh kita, tidak ada darah yang haram, tidak ada daging yang haram yang bersumber dari yang haram tadi, sehingga ibadah kita di terima oleh Allah SWT

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah SWT Beliau katakan hari ini kita menganggap ibadah itu hanya sholat padahal yang namanya ibadah adalah agama segala keseluruhan yang mencapai seluruh aspek kehidupan manusia baik muamalah, muasyarah, akhlak dan sebagainya, jadi tidak terbatas pada sholat, yang namanya ibadah , jadi ibadah merupakan jamak dari kumpulan dari segala perintah - perintah Allah SWT baik dalam pertanian, perdagangan, semua yang mencakup kehidupan manusia.

Kita laksanakan perintah - perintah Allah dalam setiap ibadah, jadi ibadah bukan hanya sholat saja, tapi seluruh aspek dalam lapang kehidupan kita, kita mentaati Allah, itu yang namanya ibadah, maka hadirin yang di muliakan Allah SWT, imam Ghazali rah katakan yang termasuk dalam ibadah itu ada 10. Beliau jelaskan sholat, puasa, haji, zikir, tilawah, dakwah, tijarah perdagangan, termasuk memberikan hak kepada orang lain dan juga memperhatikan sunnah - sunnah rasullullah SAW ini juga merupakan termasuk 10 dalam ibadah, jadi ibadah bukan hanya sholat saja, termasuk kedalam seluruh aspek kehidupan manusia yang di sana ada perintah Allah dan taat kepada Allah maka itulah ibadah.

Jadi seorang petani dan pedagang yang taat kepada perintah Allah itu adalah ibadah. Hadirin yang dimuliakan Allah SWT ,.,..,Allah ini, kepada kita orang beriman hanya Allah tunaikan kalau ada agama yang sempurna dalam kehidupan kita, jadi kalau agama di amalkan secara sempurna secara keseluruhan bukan hanya dalam sholat saja tapi pertanian, perdagangan, baru akan akan datang janji pertolongan Allah SWT. Hadirin yang dimuliakan Allah SWT, tidak akan datang janji Allah, tidak Allah tunaikan janji Allah pada ini ummat kalau hanya mengamalkan sebagaian - sebagian saja. Umpamanya kita kerjakan sholat sesuai cara Nabi SAW tapi muamalah kita dengan cara orang kafir, maka tidak ada janji Allah pada ini ummat kalau beramal hanya sebagian - sebagian saja, sholat dia kerjakan dengan cara Nabi tapi kehidupan dia tidak dengan cara Nabi dalam bermuamalah, dalam bermasyarah ikut cara orang lain, maka hadiri yang dimuliakan Allah SWT, tidak akan datang janji Allah.

Beliau katakan kumpulan dari semua ini, perintah - perintah Allah, baik itu dalam sholat, muamalah dan lain sebagainya ini merupakan ibadah secara keseluruhan, jadi ini satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, sebagaimana sholat, ada berdiri, ruku, sujud itu merupakan satu kesatuan dalam sholat, kalau hanya berdiri saja tidak sujud itu bukan namanya sholat, atau ruku saja, sujudnya, tidak, maka tidak sah sholatnya. Dikatakan kalau sholat sempurna, kalau semua bagian sholat dikerjakan secara sempurna begitu hadirin kalau agama sempurna, kalau semua perintah - perintah Allah SWT dikerjakan semua. bukan hanya sholat saja tapi di luar sholat juga.

Beliau katakan ibadah ini adalah hak Allah kewajiban hamba untuk beribadah kepada Allah, tidak boleh kita beribadah selain daripada Allah, itu namanya syirik. Begitu ketaatan ini juga hak Allah, ibadah dan taat itu adalah hak Allah, maka kita di wajibkan untuk beribadah kepaah Allah dan mentaati Allah kalau kita beribadah kepada Allah tapi taat selain kepada Allah mak tidak akan datang pertolongan dari Allah SWT begitu juga Allah SWT tidak terima ibadah seseorang kalau dia taat selain daripada Allah ini juga perlu di perhatikan, kalau orang itu akan taat kepada orang yang dia yakini, kalau dia meyakini kepada sesuatu, maka dia akan tunduk akan taat kepada orang itu tadi, makanya kita hanya yakin kepada Allah, makanyapun kita hanya tunduk kepada Allah SWT, kalau kita hadirin mengamalkan sebagian - sebagian tadi maka tidak diterima oleh Allah SWT, sholat dengan cara Nabi begitu pula muasyarah, muamalah dengan cara Nabi SAW.

Bapak - bapak yang dimuliakan Allah SWT, Beliau katakan hari ini kalau kita sholat dengan cara Nabi SAW, tapi dalam perdagangan, perkawinan, ikut cara orang lain, berarti kita taat kepada orang lain tersebut, berarti kita melanggar hak Allah SWT, kita tidak mentaati Allah SWT. 

Maka hadirin yang dimuliakan Allah SWT, Adi ra setelah dia masuk islam, dia datang kepada Rasullullah, ya Rasullullah, sebelum dia masuk islam, dia nasrani, sebelum kami masuk islam, kami sudah beriman kepada Allah, tapi kenapa dalam Al Qu’ran tentang kami .,.mereka - mereka ini menjadikan pendeta - pendeta mereka ulama - ulama mereka tuhan – tuhan, rabb selain Allah, padahal kami tidak mempertuhankan selain Allah karena kami hanya menyembah selain Allah, tapi kenapa Al Qu’ran mengatakan demikian, dia katakana, dia menuduh ada kesalahan dalam Al Qu’ran, maka Nabi kita Muhammad SAW menjelaskan, wahai Adi bukankah ketika ulama - ulama kamu, pendeta - pendeta kamu, dia halalkan apa yang diharamkan dalam kitab ataupun mengharamkan apa yang di halalkan berarti kamu mentaati dia, dia tidak mengharamkan yang haram, menghalalkan yang halal berarti kamu sudah mentuhankan dia, jadi ketaatan kepada orang lain tidak kepada Allah ini menjadikan ada tuhan - tuhan tandingan selain Allah,

Jadi ibadah adalah hak Allah, ketaatan adalah hak Allah SWT, maka Allah SWT inginkan ketaatan dalam setiap lapang kehidupan sehingga Allah telah puji orang beriman illa ladz,i na qolu rabbunallah ,..,sesungguhnya Allah mengatakan,.,.,.rabb kami Allah istiqomah dalam setiap lapang kehidupannya dalam ibadah, dia istiqmah dalam muamalah, muaysarah, semua perintah - perintah Allah dia amalkan, baru ada janji Allah SWT dan menjelang kematiannya akan datang para malaikat surga akan diberikan oleh Allah kepada siapa yang hidupnya mengatakan rabb saya Allah beribadah kepada Allah dan juga setiap lapang kehidupan dia betul - betul ada ketaatan kepada Allah 

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT tujuan dari kita melaksanakan tugas dakwah ini adalah bagaimana agama secara keseluruhan baik dalam imaniyah kita, ibadah, muamalah muasyarah akan wujud dalam kehidupan kita ini, maka tujuan dakwah ini untuk menghadirkan agama secara sempurna dalam kehidupan kita ini.

Hadirin yang di mulikan Allah kita tidak akan mampu unutk mengajak orang kafir ke pada islam kalau syariat islam secara keseluruhan tidak ada dalam kehidupan kita, maka hadir wujudkan kehidupan islam kepada orang beriman terlebih dahulu maka kita nanti bisa mengajak orang kafir untuk masuk islam, tapi islam sendiri tidak wujud dalam orang islam sendiri bagaimana kita bisa mengajak orang lain, maka tujuan dakwah ini kita mengajak orang islam mau menghadirkan kehidupan islam dalam ummat islam itu sendiri karena kalau islam tidak wujud dalam setiap aspek kehidupan dalam muamalah, muasyarah.

Hadirin yang di muliakan Allah islam tidak hanya dalam ibadah sholat saja, puasa zakat saja, tidak, tapi dalam bermuamalah, muasyarah, akhlak. Hadirin yang di muliakan Allah, Allah telah firmankan intattaqulAllaha,.,.,kalau kamu betul - betul bertaqwa kepada Allah bukan taqwa terhenti dalam sholat saja, tapi taqwa dalam muamalah, muasyarah, akhlak, kalau ada ketaqwaan baru ada pembeda antara kita dengan orang kafir, jadi kita bisa membedakan mana kehidupan orang kafir mana kehidupan orang islam, kita bisa membedakan.

Hari ini kita tidak bisa membedakan perkawinan orang islam dengan orang kafir sama, begitu juga dalam perdagangan, tidak ada furqon, nggak ada pembeda antara orang islam dengan orang kafir karena tidak ada ketaqwaan dalam muasyarah, muamalah mereka. 

Maka hadirin yang di muliakan Allah, kekhususan dalam ini dakwah adalah untuk mewujudkan islam dalam kehidupan kita, diawali dalam ketaqwaan dengan dakwah iman, kita akan kuat ketaqwaan akan kuat, sehingga nanti akan ada dalam kehidupan kita aspek - aspek kehidupan kita ada hukum - hukum Allah SWT. 

Hadirin dimuliakan Allah, sekarang hari ini apa itu islam, yang ingin kita hadirkan islam secara sempurna dalam kehidupan. Hadirin yang di muliakan Allah SWT, Nabi telah sabdakan islam di bangun atas lima pondasi, lima azas yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji, yang lima ini rukun islam, ini adalah pondasi dari pada islam, lantas bangunannya itu apa, islam di bangun atas lima pondasi sekarang, islamnya itu apa, jadi yang lima ini belum islam secara sempurna, pondasi islam manakalah ada satu bangunan, kalau hanya pondasi saja tanpa ada bangunan maka itu bukan bangunan namanya, kita tidak bisa tidur, tidak buang air, tidak bisa berbuat apa – apa, atau kita bangun bangunan tanpa pondasi akan roboh dengan cepat. 

Maka hadiri kita perlu azas yang kuat pondasi yang kuat lima tadi rukun islam, tapi bangunannya itu apa, maka Beliau katakan bangunan yang di bangun atas lima pondasi adalah muasyarah, muamalah dan akhlak. Hadirin yang di muliakan Allah SWT, kalau yang tiga ini muamalah, muasyarah, akhlak tidak ikut cara Nabi SAW maka kita tidak akan mampu untuk menarik orang kafir kedalam islam, jadi orang kafir tidak melihat keindahan islam, dengan pondasi yang kita miliki yang kuat tidak ada keindahan islam, orang kafir tidak akan tertarik. Justru orang lain tertarik kepada islam ini ketika islam yang pondasi yang kuat dibangun diatasnya muamalah, muasyarah, akhlak yang caranya di ajarkan Nabi kita Muhammad SAW.

Jadi hadirin yang di muliakan Allah SWT, banyaknya orang kafir yang masuk islam berbondong - bondong di zaman Nabi Muhammad SAW karena yang tiga tadi. Islam betul - betul mereka amalkan dalam muasyarah mereka, muamalah mereka, dan juga dalam akhlak mereka.

Tawanan - tawanan perang dibawa ke kota madinah diikat di mesjid nabawi tapi ketika waktu makan maka para Sahabat ra mengambil masing - masing tawanan, maka mereka makan bersama, bahkan Sahabat Nabi lebih mengutamakan musuh Nabi dari pada para Sahabat, padahal mereka ini orang musyrik, orang kafir, sampai - sampai para tawanan merasa malu orang islam sendiri, belum makan kok saya makan terlebih dahulu. Tapi hadirin begitu terkesannya para tawanan melihat muasyarahnya para Sahabat Nabi, tangan yang memegang pedang di medan peperangan tapi kok sekarang mengambil makanan, bahkan menyerahkan makanan kepada musuh, sehingga mereka semuanya masuk islam karena muasyarah yang baik dari pada Sahabat ra.

Begitu juga Beliau menceritakan sekali, Saydina Ali ra pergi ke pasar, melihat seorang yahudi, ini baju besi yang di pakai orang yahudi adalah milik saya yang sudah lama hilang, maka Saydina Ali katakan, wahai yahudi ini milik saya, kata yahudi bukan ini milik saya, akhirnya dua - duanya pergi ke mahkamah. Masuk kemahkamah, dan hakim waktu itu Syuraij yang di lantik Saydina Ali sendiri, bukan dari khalifah sebelumnya, tidak, maka melihat Saydina Ali datang, Syuraij bangun dari bangkunya, ada apa amirul mukminin, apa yang saya bisa bantu berkhidmad, dia pun mempersilahkan Saydina Ali untuk duduk di bangkunya, dia pun duduk di bawah, Saydina Ali katakana, tidak wahai Syuraij kamu tetap duduk di bangku kamu dan saya tetap duduk di bawah bersama orang yahudi, karena di perintahkan amirul mukminin maka dia pun taat. Lalu apa yang terjadi wahai amirul mukminin, maka Saydina Ali katakana, ini saya lihat orang yahudi ada baju besi, ini milik saya, kata orang yahudi tidak, ini milik saya.

Maka sesuai dengan hukum islam bagi orang mudda itu harus ada saksi, maka kata Syuraij wahai Ali apakah ada saksi bahwasanya itu milik kamu, maka kata Ali ada, anak saya, maka kata Syuraij tidak bisa persaksian seorang anak kepada seorang ayah tidak bisa, hai Syuraij apakah kamu tidak tahu ini Hasan dan Husin adalah penghulu surga sebagaimana dikatakan Nabi Muhammad SAW, Syuraij katakan betul, tapi dalam hukum islam orang yang mengakui itu miliknya harus punya saksi cari orang lain.

Waktu saydina ali tidak mendapatkan orang lain sesuai dengan hukum islam Syurij memutuskan bahwa baju besi itu milik orang yahudi, tadi yahudi itu heran ada keraguan sebelumnya dia masuk ke dalam mahkamah islam, hakimnya sendiri dipilih oleh Saydina Ali dan dia amirul mukminin, tentu dia akan kalahkan saya, tetapi melihat keputusan Syuraij bahwasnya tidak ada saksi yang di miliki Saydina Ali selain anaknya saja akhirnya keputusan baju besi tersebut milik orang yahudi tadi, langsung orang yahudi tertegun dan heran ini adalah sesuatu yang dibawa oleh para anbiya as hukum dari langit, yang di bawa oleh para anbiya, maka akhirnya itu yahudi mengucapkan syahadat dan yahudi mengatakan wahai Ali betul ini baju besi milik kamu.

Jadi hadirin masuknya orang kafir kedalam islam kapan, ketika ada muamalah yang benar dalam kehidupan orang islam tadi sehingga dia tertarik masuk islam karena ada muamalah yang baik. Jadi hadirin yang dimuliakan Allah SWT, kita ini ingin membawa islam kepada orang kafir tapi bagaimana caranya wujudkan islam secara sempurna baik dalam imaniyah, ibadiyah, muamalah, muasyarah, akhlak ikut cara Nabi Muhammad SAW maka itu adalah kekhususan dakwah. Kalau lima itu telah wujud dalam diri kita secara sempurna kita akan membawa orang lain kedalam islam sangat mudah tapi hari ini tiga ini telah hilang dalam kehidupan orang beriman muamalah, muasyarah, akhlak dengan cara Nabi telah kita tinggalkan sehingga tidak ada beda antara kita dengan orang kafir.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT kalau hanya islam kita bawa untuk kita sendiri, sementara islam tidak kita bawa kepada orang - orang lain dan ummat islam ada pegawai, petani, pedagang dan sebagainya, jadi kalau islam tidak ada dalam lapangan - lapangan kehidupan yang lain, islam yang sempurna tidak akan datang dalam kehidupan maka nusratullah juga tidak akan datang, dan kita tidak akan mampu menarik orang lain untuk masuk islam, maka itu hadirin yang di maksud dengan gerak kita ini adalah di samping untuk membawa islam dalam kehidupan kita itu sendiri dan bagaimana juga islam ada dalam kehidupan saudara - saudara islam kita lainnya yang bekerja dalam lapangan kehidupan mereka, karena Nabi kita Muhammad SAW telah memberi perumpamaan bahwasanya perumpamaan ini ummat secara keseluruhan yang taat atau pun yang tidak taat seperti orang yang berada dalam satu kapal sebagian di atas kapal, sebagian di bawah, bahkan sekiranya bagian bawah memerlukan air, dia lobangi itu kapal, sementara yang lain membiarkan, maka yang tenggelam bukan hanya bagian bawah saja, semua akan tenggelam, tapi kalau bagian atas itu memberikan teguran, larangan, bantuan, sehingga nanti tidak akan tenggelam, ummat nantinya akan selamat semuanya tidak akan tenggelam.

Maka hadirin yang dimulikan oleh SWT, Beliau katakan ini amal - amal istimai, kerja dakwah, bukan amal infirodi, karena kalau kerja hanya untuk sebagian - sebagian orang itu akan wujud dalam kehidupan dia saja, orang lain tidak hidup, jadi kefahaman bahwasanya dakwah amal istimai inilah amal infirodi bahwasanya seseorang oh inikan hanya untuk sebagian saja, dakwah ini, maka kefahaman ini menyebabkan orang islam pindah kepada agama yang lain.

Begitu juga hadirin agama yang sempurna tidak akan wujud dalam kehidupan, maka untuk itulah kerja dakwah amal istimai, kerja setiap individu, setiap orang islam tanggung jawab, setiap orang islam satu orang muslim bertanggung jawab untuk semua orang islam sedunia dan seluruh orang islam bertanggung jawab untuk memperbaiki satu orang islam yang lain jadi ini amal istimai.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT selama orang islam itu bergerak dan bergerak dia akan suci dalam jasad akan bersih dan akan membersikan orang lain seperti air yang mengalir selama air itu terus mengalir dia akan suci dalam jasad tidak akan mengotori bahkan aliran akan membawa kebaikan orang lain, sama dengan dakwah ini selama orang islam bergerak membawa dirinya dan membawa islam kepada orang lain juga sehingga kesucian ummat islam akan dijaga oleh Allah SWT.

Maka hadirin yang dimuliakan Allah SWT dan ini yakin kita azas islam akan mudah diamalkan kalau ada suasana mahol, jadi orang akan terkesan kalau ada suasana, sehingga dikatakan Nabi kita Muhammad SAW begitu dahsyatnya ujian menjelang hari kiamat, satu orang beriman, paginya beriman sore sudah kafir, sore dia beriman pagi dia sudah kafir karena suasana begitu, makanya diperlukan kita keluar di jalan Allah SWT hidup dalam suasana iman pembicaraan iman dan sebagainya untuk merubah yakin kita dan cara hidup kita.

Bukan untuk kita saja, kita pergi ketempat orang lain untuk merubah kehidupan mereka jadi sebagimana Bawa ra, dia berdakwah pagi hari, sore hari sudah beriman orang satu kampong, jadi orang kafir terkesan apalagi orang beriman jadi kalau kita berdakwah hari ini maka betul - betul orang islam akan terkesan dengan dakwah kita ini.

Jadi Beliau katakan Nabi kita Muhammad SAW membentuk setiap seorang Sahabat untuk menjadi seorang dai. jadi setiap seorang Sahabat masuk islam langsung jadi dai. Maka hari ini perkara tersebut sudah hilang dalam pemikiran kita, sudah sepertinya hilang. kita tidak faham bahwasanya tugas dakwah adalah kewajiban kita, maka dengan pertemuan ini kita niatkan mulai sekarang bahwasanya saya akan jadikan dakwah sebagai maksud hidup saya.

Dan sekarang pak berikan namanya masing – masing, 4 bulan keluar dijalan Allah sebentar, ini tertib yang akan dijelaskan, yang sudah duduk dulu, yang belum berikan nama saja.