Sunday 10 February 2013

Syekh Taher ?


Di Kerinci terkenal para ahli Ibadah yang mengamalkan Thariqat. Banyak sekali macam-macam Thariqat mereka, ada naqsabandiyyah, Shatariyyah, pokoknya banyak, ane lupa satu persatu. Bahkan masih banyak pula dukun-dukun yang berpraktek menjadi Imam masjid (dijadikan tokoh agama) di kampung-kampung.
Suatu hari, rombongan jemaah gerak di kampung yang masih banyak dukunnya. Seorang karkun, namanya Umar (sebelum menjadi karkun ia sering mempelajari ilmu-ilmu perdukunan dan amalan-amalan thariqat) khususi ke salah seorang ahli thariqat dan langsung mentarghib si ahli thariqat sehingga si ahli thariqat merasa tidak senang. Umar katakan bahwa ilmu si ahli thariqat belum seberapa, kalau ia ingin memperdalam ilmu thariqatnya maka akan diperkenalkan dengan seorang guru besar. Alhasil, si ahli thariqat yang penasaran tadi langsung tertarik sekaligus ingin membuktikan apakah benar masih ada ahli thariqat yang lebih hebat darinya.
Lalu Umar mengatakan bahwa kalau si ahli thariqat ingin bertemu guru besar itu, temuilah Syekh Taher, seorang tua berjenggot putih panjang yang biasa nongkrong di warung kopi di samping Masjid Baiturrahman Kota Sungai Penuh.
Maka beberapa hari berikutnya si ahli thariqat langsung menemui guru besar yang dimaksud. Ia langsung mencari Syekh Taher di warung kopi seperti yang disebutkan. Ketika melihat seorang tua berjenggot putih panjang mengenakan jubah dan sorban, si ahli thariqat langsung menghampiri:
?Benarkah bapak yang bernama Syekh Taher?? Tanya si ahli thariqat, sementara orang tua yang di tanya tampak kebingungan.
?Nama saya memang Taher, tapi tidak pakai Syekh. Panggil saya Pak taher saja. Bapak dari mana?? Tanya pak Taher masih kebingungan.
?Kata Umar, bapak adalah guru besar. Jadi saya ingin belajar amalan-amalan untuk menyempurnakan amalan saya. Bagaimana pak, apakah bapak mau mengajari saya?? Tanya si ahli thariqat. Dalam hati Pak Taher membatin, bisa saja si Umar. Dapat tasykilan tapi tidak mau menemani, malah bilang saya ini guru besar. Pak Taher memang karkun biasa, hanya seorang pemilik warung kopi. Bukan ustadz, bukan hafiz, atau ahli thariqat. Kebetulan umurnya sudah tua, berjenggot putih panjang dan selalu mengenakan jubah serta sorban. Tapi rupanya si ahli thariqat tadi sudah kadung percaya dengan kata-kata si Umar dan serius sekali ingin belajar dengan ? Syekh Taher?.
?Begini pak, saya ini bukan guru besar. Tapi kalau bapak mau belajar, ayolah ikut saya selama tiga hari saja mulai jumat depan. Selama tiga hari itu bapak harus disiplin mengikuti tata tertibnya. Apakah bapak mau?? si ahli thariqat mengangguk yakin, lalu Pak Taher memberi tahu perlengkapan apa saja yang harus dibawa serta nasehat-nasehat sebelum ikut keluar 3 hari.
Dua hari setelah mereka selesai khuruj, si ahli thariqat datang lagi. Tapi penampilannya langsung berubah, ia mengenakan jubah, sorban, celak, minyak wangi, dan perlengkapan seperti tempo hari. Si ahli thariqat ternyata tidak datang sendiri, ia membawa 18 orang yang siap keluar saat itu juga. 18 orang itu semuanya ahli thariqat. Si ahli thariqat katakan bahwa amalan-amalan thariqatnya selama ini tidak ada apa-apanya di banding kenikmatan selama khuruj 3 hari. Si ahli thariqat nge-joss? Subhanallah.

0 comments:

Post a Comment